Kita Versus Korupsi adalah sebuah film omnibus, yang berdasarkan judul yang digunakan oleh film ini, menceritakan mengenai berbagai hal yang menyinggung mengenai tindak kasus korupsi – sebuah penyakit sosial dan hukum yang saat ini sedang mewabah dengan begitu hebatnya di kalangan masyarakat Indonesia. Namun, mungkin akan jauh dari bayangan banyak orang, Kita Versus Korupsi tidaklah berniat untuk bercerita secara investigatif mengenai proses perlawanan terhadap kasus-kasus besar korupsi di negeri ini. Empat film pendek yang ada dalam satuan Kita Versus Korupsi lebih ingin menunjukkan bagaimana sebenarnya sebuah tindakan korupsi sebenarnya dapat berada di berbagai sudut kehidupan keseharian penontonnya.
Kita Versus Korupsi dibuka dengan film pendek arahan Emil Heradi yang berjudul Rumah Perkara. Dengan latar belakang suasana daerah pinggiran perkotaan, film pendek ini berkisah mengenai seorang lurah yang bernama Yatna (Teuku Rifnu Wikana) yang mengkhianati kepercayaan desa yang ia pimpin dengan membantu proses penggusuran rumah warga untuk sebuah proyek real estate. Sebuah kisah drama komedi romansa dihadirkan oleh Lasja F. Susatyo lewat Aku Padamu yang berkisah mengenai hubungan asmara yang terjalin antara Vano (Nicholas Saputra) dan Laras (Revalina S. Temat). Hubungan asmara tersebut tidak disetujui oleh orangtua Laras. Karenanya, Vano lantas mengajak Laras untuk kawin lari. Sayangnya, ketiadaan kartu keluarga justru menghalangi niat tersebut. Sebuah godaan yang datang dari seorang calo (Norman Akyuwen) justru membawa memori laras kembali ke masa kecilnya tentang gurunya yang bernama Arwoko (Ringgo Agus Rahman) yang menjadi korban sistem pendidikan yang tidak adil.
Diarahkan oleh Ine Febriyanti, film pendek ketiga yang berjudul Selamat Siang, Risa! berlatarbelakang waktu di tahun ’70-an. Seorang pria bernama Arwoko (Tora Sudiro) bekerja sebagai seorang mandor gudang dengan sikap tegasnya yang jujur dan anti berbuat curang. Namun, sikapnya tersebut kemudian mendapatkan ujian ketika salah seorang anaknya sedang menderita penyakit parah sementara ia dan istrinya, Niken (Dominique) sama sekali tidak memiliki uang. Kisah terakhir yang dihadirkan dalam Kita Versus Korupsi adalah film pendek Chairun Nissa yang berjudul Psssttt… Jangan Bilang Siapa-Siapa. Film pendek ini berkisah mengenai penelusuran seorang siswi sekolah mengenah atas, Gita (Alexandra Natasha), terhadap mudahnya pembiaran tindakan korupsi yang telah dimulai dari lingkungan keluarga.
Jangan salah. Walau tidak dirilis secara luas di layar lebar dan hanya dirilis secara terbatas dengan memutarkannya melalui rangkaian roadshow yang digelar dari kota ke kota di Indonesia, Kita Versus Korupsi mungkin adalah film omnibus terbaik yang pernah dirilis hingga saat ini. Empat sutradara dari empat film pendek yang terdapat dalam Kita Versus Korupsi mampu dengan tegas menunjukkan bagaimana pemanfaatan waktu yang singkat untuk menghantarkan sebuah kisah dengan tema penceritaan dan pesan yang mendalam. Bahkan, yang lebih mengesankan lagi, empat film pendek dalam Kita Versus Korupsi tetap mampu memberikan elemen sentuhan hati dalam kisahnya – sesuatu yang banyak dilupakan para pembuat film pendek dalam berbagai film omnibus yang kebanyakan hanya mengandalkan premis dan jalan cerita yang mengandung kejutan atau adegan berdarah.
Pemilihan untuk menghadirkan narasi kisah bertema kasus korupsi dari berbagai sisi kehidupan yang lebih familiar memang mampu menjadi kekuatan tersendiri bagi Kita Versus Korupsi. Keempat film pendek dalam Kita Versus Korupsi sama sekali tidak pernah memberikan tudingan atau hujatan pada sebuah tindakan korupsi. Pendekatan yang dilakukan setiap kisah yang hadir dilakukan secara positif yakni dengan menunjukkan bahwa sebuah tindakan korupsi justru akan secara perlahan memberikan dampak negatif pada sang pelaku maupun orang-orang yang berada di dekatnya. Kita Versus Korupsi juga lebih memberikan ruang kepada para penontonnya untuk mencerna dan memahami apa dampak korupsi itu sendiri daripada hanya sekedar mengajak mereka untuk menghujat para pelaku korupsi.
Selain disutradarai oleh orang-orang yang tahu betul bagaimana cara bercerita dengan baik dan benar, keempat film pendek dalam Kita Versus Korupsi juga hadir semakin kuat berkat penampilan pengisi departemen akting film ini. Beberapa diantaranya tampil dengan mengesankan: Nicholas Saputra dan Revalina S. Temat mampu menghasilkan chemistry yang sangat erat dan meyakinkan pada Aku Padamu. Sementara itu, penampilan apik Ringgo Agus Rahman dan Tora Sudiro mampu membuktikan bahwa mereka dapat saja bermain dramatis secara meyakinkan jika mereka mau – dan berada dalam arahan sutradara yang tepat. Dari sisi teknis, keempat film pendek dalam Kita Versus Korupsi juga tampil dalam kualitas yang memuaskan.
Sangat menyenangkan untuk menyaksikan sebuah film omnibus seperti Kita Versus Korupsi, dimana penonton kemungkinan besar akan kesulitan untuk memilih film pendek favorit mereka karena keempat film pendek yang hadir dalam Kita Versus Korupsi tampil sejajar dalam kualitas penceritaan dan penampilan yang memuaskan. Dengan rangkaian cerita yang sederhana, namun disajikan dengan begitu kuat, kualitas teknis yang tidak mengecewakan sekaligus didukung dengan penampilan para jajaran pengisi departemen akting yang begitu mampu dalam menghidupkan setiap karakter yang mereka perankan, Kita Versus Korupsi adalah film omnibus terbaik yang mampu dihasilkan industri film Indonesia hingga saat ini. (Amir Syarif Siregar)
Kita Versus Korupsi dibuka dengan film pendek arahan Emil Heradi yang berjudul Rumah Perkara. Dengan latar belakang suasana daerah pinggiran perkotaan, film pendek ini berkisah mengenai seorang lurah yang bernama Yatna (Teuku Rifnu Wikana) yang mengkhianati kepercayaan desa yang ia pimpin dengan membantu proses penggusuran rumah warga untuk sebuah proyek real estate. Sebuah kisah drama komedi romansa dihadirkan oleh Lasja F. Susatyo lewat Aku Padamu yang berkisah mengenai hubungan asmara yang terjalin antara Vano (Nicholas Saputra) dan Laras (Revalina S. Temat). Hubungan asmara tersebut tidak disetujui oleh orangtua Laras. Karenanya, Vano lantas mengajak Laras untuk kawin lari. Sayangnya, ketiadaan kartu keluarga justru menghalangi niat tersebut. Sebuah godaan yang datang dari seorang calo (Norman Akyuwen) justru membawa memori laras kembali ke masa kecilnya tentang gurunya yang bernama Arwoko (Ringgo Agus Rahman) yang menjadi korban sistem pendidikan yang tidak adil.
Diarahkan oleh Ine Febriyanti, film pendek ketiga yang berjudul Selamat Siang, Risa! berlatarbelakang waktu di tahun ’70-an. Seorang pria bernama Arwoko (Tora Sudiro) bekerja sebagai seorang mandor gudang dengan sikap tegasnya yang jujur dan anti berbuat curang. Namun, sikapnya tersebut kemudian mendapatkan ujian ketika salah seorang anaknya sedang menderita penyakit parah sementara ia dan istrinya, Niken (Dominique) sama sekali tidak memiliki uang. Kisah terakhir yang dihadirkan dalam Kita Versus Korupsi adalah film pendek Chairun Nissa yang berjudul Psssttt… Jangan Bilang Siapa-Siapa. Film pendek ini berkisah mengenai penelusuran seorang siswi sekolah mengenah atas, Gita (Alexandra Natasha), terhadap mudahnya pembiaran tindakan korupsi yang telah dimulai dari lingkungan keluarga.
Jangan salah. Walau tidak dirilis secara luas di layar lebar dan hanya dirilis secara terbatas dengan memutarkannya melalui rangkaian roadshow yang digelar dari kota ke kota di Indonesia, Kita Versus Korupsi mungkin adalah film omnibus terbaik yang pernah dirilis hingga saat ini. Empat sutradara dari empat film pendek yang terdapat dalam Kita Versus Korupsi mampu dengan tegas menunjukkan bagaimana pemanfaatan waktu yang singkat untuk menghantarkan sebuah kisah dengan tema penceritaan dan pesan yang mendalam. Bahkan, yang lebih mengesankan lagi, empat film pendek dalam Kita Versus Korupsi tetap mampu memberikan elemen sentuhan hati dalam kisahnya – sesuatu yang banyak dilupakan para pembuat film pendek dalam berbagai film omnibus yang kebanyakan hanya mengandalkan premis dan jalan cerita yang mengandung kejutan atau adegan berdarah.
Pemilihan untuk menghadirkan narasi kisah bertema kasus korupsi dari berbagai sisi kehidupan yang lebih familiar memang mampu menjadi kekuatan tersendiri bagi Kita Versus Korupsi. Keempat film pendek dalam Kita Versus Korupsi sama sekali tidak pernah memberikan tudingan atau hujatan pada sebuah tindakan korupsi. Pendekatan yang dilakukan setiap kisah yang hadir dilakukan secara positif yakni dengan menunjukkan bahwa sebuah tindakan korupsi justru akan secara perlahan memberikan dampak negatif pada sang pelaku maupun orang-orang yang berada di dekatnya. Kita Versus Korupsi juga lebih memberikan ruang kepada para penontonnya untuk mencerna dan memahami apa dampak korupsi itu sendiri daripada hanya sekedar mengajak mereka untuk menghujat para pelaku korupsi.
Selain disutradarai oleh orang-orang yang tahu betul bagaimana cara bercerita dengan baik dan benar, keempat film pendek dalam Kita Versus Korupsi juga hadir semakin kuat berkat penampilan pengisi departemen akting film ini. Beberapa diantaranya tampil dengan mengesankan: Nicholas Saputra dan Revalina S. Temat mampu menghasilkan chemistry yang sangat erat dan meyakinkan pada Aku Padamu. Sementara itu, penampilan apik Ringgo Agus Rahman dan Tora Sudiro mampu membuktikan bahwa mereka dapat saja bermain dramatis secara meyakinkan jika mereka mau – dan berada dalam arahan sutradara yang tepat. Dari sisi teknis, keempat film pendek dalam Kita Versus Korupsi juga tampil dalam kualitas yang memuaskan.
Sangat menyenangkan untuk menyaksikan sebuah film omnibus seperti Kita Versus Korupsi, dimana penonton kemungkinan besar akan kesulitan untuk memilih film pendek favorit mereka karena keempat film pendek yang hadir dalam Kita Versus Korupsi tampil sejajar dalam kualitas penceritaan dan penampilan yang memuaskan. Dengan rangkaian cerita yang sederhana, namun disajikan dengan begitu kuat, kualitas teknis yang tidak mengecewakan sekaligus didukung dengan penampilan para jajaran pengisi departemen akting yang begitu mampu dalam menghidupkan setiap karakter yang mereka perankan, Kita Versus Korupsi adalah film omnibus terbaik yang mampu dihasilkan industri film Indonesia hingga saat ini. (Amir Syarif Siregar)
Tanggal Rilis : 26 Januari 2012 (Indonesia)
Jualitas Video : DvRip (BAGUS)
Bintang : Teuku Rifnu Wikana, Ranggani Puspandya
Genre : Drama
Bintang : Teuku Rifnu Wikana, Ranggani Puspandya
Genre : Drama
Size : 400MB MKV, 700MB Avi
Torrent-DVDRip-700MB-Avi (Single File) :
----------------------------------------------
Jika Linknya Rusak
Jika Linknya Rusak
atau bingung cara downloadnya
informasikan Disini (Klik Disini)
----------------------------------------------
Terima Kasih
Posting Komentar