Sebuah film Indonesia. Dengan latar belakang cerita di sebuah daerah yang mungkin belum banyak dieksplorasi oleh para sineas perfilman negara ini. Menggunakan anak-anak setempat sebagai pemerannya. Mengisahkan tentang kehidupan sehari-hari dari anak-anak tersebut. Memberi fokus lebih pada satu karakter anak dimana ia sedang memiliki permasalahan dalam menghadapi kehidupan atau keluarganya. Dan jika beruntung, sebuah kisah mengenai pendidikan yang didapatkan oleh anak-anak tersebut. Laskar Pelangi (2008)? Bukan. Denias, Senandung di Atas Awan (2006) ? Bukan. The Mirror Never Lies? Bukan. Batas? Juga bukan.
Film ini berjudul Serdadu Kumbang. Diarahkan oleh Ari Sihasale, yang lewat rumah produksi yang ia miliki bersama istrinya Nia Zulkarnaen, Alenia Pictures, pernah memberikan penonton Indonesia film Senandung di Atas Awan dan Tanah Air Beta (2010), Ari masih setia untuk mengangkat kehidupan anak-anak dari daerah terpencil sebagai fokus cerita di filmnya. Sayangnya, saat ini seluruh sineas perfilman Indonesia juga sepertinya sedang keranjingan untuk menghasilkan film-film bertema sama. Jangan salah tanggap, adalah sebuah hal yang sangat terpuji untuk mencari berbagai sisi lain dari banyak daerah Indonesia untuk ditampilkan dalam film Indonesia. Hanya saja, akhir-akhir ini para sineas Indonesia sepertinya telah kehabisan akal mengenai bagaimana untuk menampilkan tema tersebut ke hadapan penonton Indonesia. Akhirnya, seluruh film yang mengeksplorasi wilayah dan bakat dari daerah terpencil di Indonesia tersebut berakhir dengan pengisahan yang monoton. Hal yang turut dialaami oleh Ari Sihasale dalam Serdadu Kumbang.
Dalam Serdadu Kumbang, penonton Indonesia kali ini diajak ke wilayah Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dan menyimak sisi keseharian dari kehidupan penduduk daerah tersebut. Tokoh utama dalam film ini adalah Amek (Yudi Miftahudin), seorang anak laki-laki yang terlahir dengan sumbing pada bibirnya dan tinggal bersama ibunya, Siti (Titi Sjuman), dan kakaknya, Minun (Monica Sayangbati). Ayahnya sendiri, Zakaria (Asrul Dahlan), semenjak lama telah meninggalkan keluarga ini karena menjadi seorang tenaga kerja di negara Malaysia. Walau hidup dengan cacat fisik yang ia miliki serta kondisi keuangan keluarga yang terbatas, Amek adalah sesosok anak yang ceria. Ia bahkan seringkali menyulitkan ibunya akibat tingkah lakunya yang jahil, malas belajar dan lebih sering berkhayal untuk mengikuti jejak Najwa Shihab untuk menjadi seorang pembawa acara berita.
Sama sekali tidak ada sesuatu yang baru yang dapat ditawarkan Ari Sihasale dalam film yang menjadi kali ketiga ia duduk di kursi sutradara ini. Dengan berbagai kelemahan yang terdapat pada naskah cerita film ini, tidak dapat disangkal bahwa Serdadu Kumbang terlihat hadir sebagai sebuah film klise yang lagi-lagi mengangkat mengenai kehidupan para anak-anak yang berasal dari daerah terpencil di Indonesia. Naskah cerita yang menawarkan begitu banyak lapisan permasalahan dieksekusi dengan lemah oleh Ari Sihasale sehingga menjadi begitu monoton, cenderung membosankan dan dengan ending yang kurang begitu menarik. Durasi yang terlalu panjang serta tema dari jalan cerita yang sukar dimengerti oleh kalangan penonton muda kemungkinan besar akan membuat Serdadu Kumbang menjadi sulit untuk dicerna bagi mereka. Akhirnya, Serdadu Kumbang justru berakhir sebagai sebuah film datar dan tidak memberikan kesan apa-apa bagi para penontonnya selain perasaan lelah akibat jalan cerita yang terlalu klise untuk disaksikan.
Film ini berjudul Serdadu Kumbang. Diarahkan oleh Ari Sihasale, yang lewat rumah produksi yang ia miliki bersama istrinya Nia Zulkarnaen, Alenia Pictures, pernah memberikan penonton Indonesia film Senandung di Atas Awan dan Tanah Air Beta (2010), Ari masih setia untuk mengangkat kehidupan anak-anak dari daerah terpencil sebagai fokus cerita di filmnya. Sayangnya, saat ini seluruh sineas perfilman Indonesia juga sepertinya sedang keranjingan untuk menghasilkan film-film bertema sama. Jangan salah tanggap, adalah sebuah hal yang sangat terpuji untuk mencari berbagai sisi lain dari banyak daerah Indonesia untuk ditampilkan dalam film Indonesia. Hanya saja, akhir-akhir ini para sineas Indonesia sepertinya telah kehabisan akal mengenai bagaimana untuk menampilkan tema tersebut ke hadapan penonton Indonesia. Akhirnya, seluruh film yang mengeksplorasi wilayah dan bakat dari daerah terpencil di Indonesia tersebut berakhir dengan pengisahan yang monoton. Hal yang turut dialaami oleh Ari Sihasale dalam Serdadu Kumbang.
Dalam Serdadu Kumbang, penonton Indonesia kali ini diajak ke wilayah Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dan menyimak sisi keseharian dari kehidupan penduduk daerah tersebut. Tokoh utama dalam film ini adalah Amek (Yudi Miftahudin), seorang anak laki-laki yang terlahir dengan sumbing pada bibirnya dan tinggal bersama ibunya, Siti (Titi Sjuman), dan kakaknya, Minun (Monica Sayangbati). Ayahnya sendiri, Zakaria (Asrul Dahlan), semenjak lama telah meninggalkan keluarga ini karena menjadi seorang tenaga kerja di negara Malaysia. Walau hidup dengan cacat fisik yang ia miliki serta kondisi keuangan keluarga yang terbatas, Amek adalah sesosok anak yang ceria. Ia bahkan seringkali menyulitkan ibunya akibat tingkah lakunya yang jahil, malas belajar dan lebih sering berkhayal untuk mengikuti jejak Najwa Shihab untuk menjadi seorang pembawa acara berita.
Sama sekali tidak ada sesuatu yang baru yang dapat ditawarkan Ari Sihasale dalam film yang menjadi kali ketiga ia duduk di kursi sutradara ini. Dengan berbagai kelemahan yang terdapat pada naskah cerita film ini, tidak dapat disangkal bahwa Serdadu Kumbang terlihat hadir sebagai sebuah film klise yang lagi-lagi mengangkat mengenai kehidupan para anak-anak yang berasal dari daerah terpencil di Indonesia. Naskah cerita yang menawarkan begitu banyak lapisan permasalahan dieksekusi dengan lemah oleh Ari Sihasale sehingga menjadi begitu monoton, cenderung membosankan dan dengan ending yang kurang begitu menarik. Durasi yang terlalu panjang serta tema dari jalan cerita yang sukar dimengerti oleh kalangan penonton muda kemungkinan besar akan membuat Serdadu Kumbang menjadi sulit untuk dicerna bagi mereka. Akhirnya, Serdadu Kumbang justru berakhir sebagai sebuah film datar dan tidak memberikan kesan apa-apa bagi para penontonnya selain perasaan lelah akibat jalan cerita yang terlalu klise untuk disaksikan.
Tangfal Rilis : 16 June 2011 (Indonesia)
Kualitas Video : DVDrip (BAGUS)
Bintang : Asrul Dahlan, Lukman Sardi
Genre : Drama
Bintang : Asrul Dahlan, Lukman Sardi
Genre : Drama
----------------------------------------------
Jika Linknya Rusak
Jika Linknya Rusak
atau bingung cara downloadnya
informasikan Disini (Klik Disini)
----------------------------------------------
Terima Kasih
Posting Komentar